Laman

RAWATLAH KLIEN DENGAN HATI YANG CERIA DAN IKHLAS DENGAN PELAYANAN PRIMA!! ]
"Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu maka takutlah ke pada-Nya (Al-Baqarah:235)"

Rabu, 04 Juli 2007

PASIEN MANIA JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
KEPERAWATAN JIWA


LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: mania.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadangkadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas).
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak seolah olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak memilikikepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.


III. A. POHON MASALAH






Core problem




B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan:
a. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur.
b. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan.
c. Gangguan komunikasi: verbal.
d. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
e. Defisit perawatan diri.
f. Gangguan alam perasaan: mania.
g. Koping maladaptif.

2. Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif:
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik (flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.

b. Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan dan minum, kurang istirahat / tidur, tidak bertanggungjawab, mudah tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau, kebersihan diri kurang.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan mania.
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mania.
3. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan mania.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
6. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
1.3. Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.

2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan klien unutk mengungkapkan perasaannya.
2.2. Beri kesempatan klien mengitarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik focusing.
2.3. Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.
3. Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
3.1. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.
3.2. Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
3.3. Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
3.4. Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
3.5. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima.
3.6. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
3.7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.

4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tindakan:
3.1. Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak peralatan.
3.2. Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan, ditempat yang aman dan terkunci.
3.3. Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
3.4. Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol perilakunya.

4. Klien dapat melakukan kegiatan terarah
Tindakan:
4.1. Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang terarah, misal: menyapu, joging dll.
4.2. Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh klien.
4.3. Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
4.4. Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
4.5. Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.

5. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya
Tindakan:
5.1. Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi kesehatan.
5.2. Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani selama makan.
5.3. Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
5.4. Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.

6. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya
Tindakan:
7.1. Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
7.2. Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
7.3. Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup dll.



7. Klien terpenuhi kebersihan dirinya
Tindakan:
7.1. Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
7.2. Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
7.3. Bimbing pasien berhias.
7.4. Beri pujian bila klien berhias secara wajar.

8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
8.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
8.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
8.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
8.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

9. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
9.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
9.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
9.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
9.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.



Semarang, ………………... 2003
Praktikan,



…………………..
NIM:…………….

Tidak ada komentar: