Laman

RAWATLAH KLIEN DENGAN HATI YANG CERIA DAN IKHLAS DENGAN PELAYANAN PRIMA!! ]
"Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu maka takutlah ke pada-Nya (Al-Baqarah:235)"

Rabu, 13 Agustus 2008

Waspadai lingkar pinggang anda

Waspadai lingkar pinggang anda
20/04/2007 - Scientific Medicastore

Kegemukan yang secara umum ditandai dengan perut buncit ini telah menjadi wabah baru di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebagian orang mungkin masih ada yang mempercayai mitos bahwa kegemukan identik dengan kemakmuran. Padahal perut buncit membuat si pemilik tubuh rentan terhadap penyakit jantung dan diabetes mellitus yang berkaitan dengan risiko kardiometabolik.

Menurut dr Sunarya Soerianata, SpJP (K), seorang ahli jantung dari RS Jantung Harapan Kita, "Penyakit jantung dan stroke merupakan penyebab kematian paling tinggi dibandingkan kanker, diabetes dan penyakit saluran napas bagian bawah."

Tidak perlu pemeriksaan laboratorium yang mahal untuk mengetahui risiko anda akan kardiometabolik. Caranya cukup mudah dan murah yaitu dengan mengukur lingkar pinggang anda. Ukuran lingkar pinggang ternyata bisa digunakan sebagai parameter untuk mengetahui risiko terhadap penyakit akibat gaya hidup tidak sehat tersebut.


Risiko Kardiometabolik Bukanlah Penyakit

Risiko kardiometabolik sendiri bukanlah penyakit tapi merupakan sekelompok gangguan-gangguan yang secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung dan diabetes.

Risiko kardiometabolik (cardiometabolic risk/CMR) terdiri dari faktor-faktor risiko yang dapat diubah, yang memudahkan orang rentan terhadap penyakit diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Sejumlah faktor-faktor tersebut muncul secara klinis di dalam kelompok-kelompok yang spesifik.

dr Sunarya Soerianata, SpJP (K), yang juga bertindak sebagai wakil ketua pelaksana 16th ASEAN Congress of Cardiology yang berlangsung bulan April 2007 di Bali ini menjelaskan, ada faktor risiko yang tergolong sebagai faktor risiko "klasik" dan ada yang tergolong "baru". Contoh faktor risiko "klasik" antara lain tekanan darah tinggi, kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan gula darah yang sudah sering dievaluasi dan ditangani oleh dokter.

Adapun faktor-faktor lainnya dianggap sebagai faktor risiko "baru" misalnya kelebihan lemak perut, kolesterol HDL (kolesterol baik), resistensi insulin (ketidakmampuan tubuh merespons dan menggunakan insulin secara semestinya), serta peradangan (kadar adiponektin yang rendah atau kadar C-reactive protein yang tinggi). dr Sunarya, SpJP menambahkan bahwa faktor risiko "baru" ini sejak dulu kurang diperhatikan.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, pengelompokan faktor-faktor CMR semakin menarik perhatian karena faktor-faktor itu sering timbul secara serentak. Contohnya, hampir 26% dari seluruh orang dewasa di seluruh dunia di bawah umur 60 tahun diketahui memiliki paling sedikit tiga dari lima faktor-faktor CMR yang termasuk di dalam kriteria sindrom metabolik.


Sadari Bahaya Lemak Perut

Kelebihan lemak perut (intra abdominal obesity) atau penimbunan jaringan lemak di dalam perut, berhubungan dengan faktor-faktor CMR lain seperti peningkatan trigliserida dan gula darah.

Riset menunjukkan bahwa jaringan adiposa (jaringan lemak) bukan hanya merupakan tempat penampungan lemak, tapi juga organ endokrin aktif yang melepaskan bahan-bahan kimia dan zat-zat tertentu ke dalam tubuh yang diketahui mempengaruhi metabolisme dan sistem kardiovaskuler.

“Semakin tinggi intra abdominal obesity maka kadar HDL akan turun yang berarti rendahnya proteksi tubuh terhadap aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah oleh lemak),” ungkap dr Sunarya, SpJP.

Pelepasan bahan kimia dan zat ini dapat berkontribusi terhadap perkembangan faktor-faktor CMR seperti trigliserida tinggi dan peningkatan gula darah, meningkatkan risiko seseorang terhadap diabetes dan penyakit jantung.

Jadi, dengan memiliki perut buncit atau dengan kata lain lemak perut tinggi maka dapat meningkatkan risiko berkembangnya penyakit diabetes tipe 2, yaitu diabetes yang paling umum terjadi pada masyarakat dengan gaya hidup tidak sehat.

Tidak mengherankan jika diprediksikan penderita diabetes di Indonesia akan naik dari 6,7% populasi pada tahun 2000 menjadi 10,6% populasi pada tahun 2030.


Ukuran Lingkar Pinggang sebagai Marker

Biasanya, kegemukan diukur dengan indeks masa tubuh (BMI), akan tetapi penemuan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kegemukan perut merupakan tanda yang lebih akurat untuk memprediksi serangan jantung daripada berat badan atau BMI.

dr. Sunarya, SpJP membenarkan bahwa mengukur lingkar pinggang merupakan suatu pengukuran yang sederhana dan berhasil mendeteksi orang yang akan mengalami diabetes dan penyakit jantung lainnya.

Berdasarkan penelitian, ukuran lingkar pinggang yang memiliki risiko besar adalah ≥88 cm untuk wanita dan ≥102 cm untuk pria. Namun, ukuran tersebut berlaku untuk ras Amerika, untuk Indonesia batasnya lebih kecil.

Banyak kemajuan telah dicapai untuk mengurangi prevalensi faktor-faktor CMR tertentu termasuk kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi. Meskipun demikian, masih ada sekitar 17 juta orang di seluruh dunia yang meninggal karena penyakit jantung setiap tahunnya.

Strategi penanganan kardiometabolik yang selalu dianggap efektif adalah dengan mengedukasi masyarakat terutama pasien karena risiko kardiometabolik dapat diubah. Namun, pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. Untuk yang belum menjadi pasien, dihimbau untuk menjaga kesehatan dan mulai menjalani gaya hidup sehat.

dr. Sunarya, SpJP juga ingin mengingatkan kepada masyarakat mengenai ukuran lemak perut yang dapat digunakan sebagai marker untuk penyakit jantung dan diabetes. Lingkar pinggang mudah diukur dan bisa dilakukan oleh semua orang, tak terkecuali dengan anda. Silakan mencoba.

Body Mass Index (BMI)

Body Mass Index (BMI)

DEFINISI

Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan antara berat badan dan tinggi badan.

BMI merupakan suatu rumus matematika dimana berat badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan tinggi badan (dalam m²).
BMI lebih berhubungan dengan lemak tubuh dibandingkan dengan indikator lainnya untuk tinggi badan dan berat badan.

Seseorang dengan BMI 25-29,9 dikatakan mengalami kelebihan berat badan (overweight), sedangkan seseorang dengan BMI 30 atau lebih dikatakan mengalami obesitas.

BMI bisa memperkirakan lemak tubuh, tetapi tidak dapat diartikan sebagai persentase yang pasti dari lemak tubuh.
Hubungan antara lemak dan BMI dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Wanita lebih mungkin memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan pria dengan nilai BMI yang sama. Pada BMI yang sama, orang yang lebih tua memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan orang yang lebih muda.

BMI yang sehat untuk dewasa adalah 18,5-24,9.
BMI yang tinggi merupakan suatu ramalan kematian karena penyakit jantung dan pembuluh darah.
Diabetes, kanker, tekanan darah tinggi dan osteoartritis juga merupakan akibat dari overweight dan obesitas yang sering ditemukan pada dewasa.
Obesitas sendiri merupakan faktor resiko yang kuat dari kematian dini.

Interpretasi nilai BMI untuk dewasa, tanpa memperhatikan umur maupun jenis kelamin:

  • Underweight (berat badan kurang) : BMI <>
  • Overweight (kelebihan berat badan) : BMI 25-29.9
  • Obesitas : BMI 30 atau lebih.

    Rumus BMI.
    BMI = Berat badan (kg) ÷ Tinggi badan (m²)
    atau
    BMI = Berat badan (kg) ÷ Tinggi badan (cm) ÷ Tinggi badan (cm) x 10.000

    Contoh : seseorang dengan berat badan 95,3 kg dan tinggi 182,9 cm memiliki
    BMI = 95,3 ÷ 182,9 ÷ 182,9 x 10.000 = 28,5


    Tabel BMI


    BMI berdasarkan usia.

    Sejalan dengan pertumbuhannya, maka lemak tubuh anak-anak berubah dari tahun ke tahun. Interpretasi BMI tergantung kepada usia anak. Selain itu, lemak tubuh anak perempuan dan anak laki-laki berbeda. Karena itu untuk anak-anak tersedia 2 grafik yang berbeda untuk perempuan dan laki-laki.

    Setiap grafik dari CDC untuk BMI berdasarkan umur terdiri dari serangkaian garis lengkung yang menunjukkan persentil tertentu.
    BMI menurun selama masa pra-sekolah, lalu meningkat pada masa dewasa.

    Grafik BMI berdasarkan usia untuk anak laki-laki

    Contoh 1
    Perhatikan BMI untuk anak laki-laki pada persentil 95
    Usia BMI Persentil
    2 tahun 19,3 95
    4 tahun 17,8 95
    9 tahun 21,0 95
    13 tahun 25,1 95

    Pada contoh diatas, kita dapat melihat bahwa BMI anak laki-laki pada masa pra-sekolah menurun dan sejalan dengan bertambahnya usia, BMInya meningkat, tetapi masih dalam persentil 95.

    Grafik BMI berdasarkan usia untuk anak perempuan

    Contoh 2
    Dengan menggunakan data berikut, kita akan melihat BMI untuk anak perempuan dalam masa pertumbuhannya dari usia 3 tahun sampai 9,5 tahun.
    Usia Tinggi (inci) Berat badan (pon) BMI Persentil
    3 37,2 31 15,7 50
    5 42,4 38,7 15,1 50
    7 47,8 50,2 15,4 50
    9,5 53,3 66,9 16,5 50

    Untuk menggambarkan BMI berdasarkan umur dengan menggunakan data diatas, carilah usia anak pada skala horisontal lalu ikuti skala vertikal untuk BMI. Akan tampak bahwa pertumbuhan anak tersebut pada persentil 50 adalah stabil.

    Mengartikan BMI berdasarkan usia pada anak-anak dan remaja:
  • Underweight : BMI <>
  • Resiko mengalami overweight : BMI > persentil 85
  • Overweight : BMI > persentil 95.

    60% anak-anak dan remaja dengan BMI > persentil 95 memiliki minimal 1 faktor resiko, sedangkan 20% memiliki 2 atau lebih faktor resiko untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.
    Anak-anak yang overweight cenderung menjadi dewasa yang overweight.
  • Ancaman kesehatan di balik kegemukan

    Ancaman kesehatan di balik kegemukan
    25-10-2002 15:00:48 - infokes.com
    Kegemukan termasuk salah satu yang ditakuti sebagian besar perempuan karena kegemukan dianggap menjadikan badan tidak menarik lagi, dana akan mengurangi kecantikan seseorang. Kegemukan pada orang dewasa umur di atas 18 tahun dapat diukur salah satunya dengan indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh diketahui dengan mengukur berat badan (BB) dalam kilogram dan tinggi badan (TB) dalam meter. Rumus IMT yang digunakan BB dibagi (TB)2. Status gizi dikatakan gemuk bila perhitungan IMT nilainya di atas 25,0, dan di katakan gemuk tingkat berat (obesitas) bila nilai IMT di Atas 27,0.

    Masukan makanan, kekurangan energi, dan keturunan merupakan tiga faktor yang dianggap mengatur perlemakan tubuh dalam proses terjadinya kegemukan. Menurut Soetrisno (1996), dua faktor pertama, yaitu masukan energi dan kekurangan energi, dianggap sebagai penyebab langsung, sedangkan keturunan sebagai penyebab tidak langsung. Penimbunan lemak tersebut terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang dikonsumsi dengan yang digunakan.

    Husaini (1996) mengatakan, bahwa seseorang berada dalam keadaan tetap (konstan) apabila jumlah energi yang masuk sama besarnya dengan energi yang dikeluarkan. Jumlah energi yang masuk dapat dihitung dari masukan makanan dan minuman setiap harinya. Sedangkan total pengeluaran energi merupakan jumlah energi yang dikeluarkan dalam keadaan istirahat atau disebut basal metabolic rate (BMR), ditambah dengan energi yang dikeluarkan untuk pencernaan makanan dan penyerapan zat-zat gizi atau disebut specific dynamic action (SDA), dan ditambah lagi dengan energi yang dikeluarkan untuk bekerja atau melakukan kerja fisik. Jadi total energi yang dikeluarkan merupakan penjualan BMR + SDA + kegiatan fisik.


    LUASNYA MASALAH
    Prevalensi kegemukan di Indonesia relatif tinggi. Penelitian kodyat dkk. (1996) terhadap 10.459 orang umur 18 tahun ke atas di 12 kotamadya di Indonesia pada tahun 1996 menunjukkan bahwa yang menderita kegemukan sebanyak 22,5%, yang 54,2% di antaranya menderita kegemukan tingkat berat (obesitas). Bila dilihat menurut jenis kelamin, ternyata perempuan sebesar 26,1% dan laki-laki 15,7%. Nah, kaum hawa hendaknya hati-hati barangkali termasuk Anda di antara 26,1% ini. Bila dilihat menurut jenis pekerjaan, pegawai negeri sipil (PNS) sebesar 27,3% termasuk gemuk. ABRI (dulu belum dipisah TNI dan Polisi) sebesar 26,4 di antaranya termasuk gemuk. Di antara wiraswasta sebesar 26,5% termasuk gemuk. Bila hanya dilihat kelompok umur, 41-55 tahun ternyata prevalensi gemuknya lebih tinggi, yaitu dari 2.586 orang sebesar 33,7%, yang 59,0% di antaranya termasuk obesitas.


    AKIBAT KEGEMUKAN
    Banyak orang beranggapan bahwa kegemukan dapat mengurangi kemolekan tubuh, kegemukan juga bisa mengurangi kegesitan gerak badan dan kerap lebih mudah menimbulkan kelelahan. Selain itu kelebihan berat badan menimbulkan beragam gangguan kesehatan.

    Soegih (1988) merangkum hubungan kesehatan individu dengan kegemukan, yang ringkasnya sebagai berikut :

    Umur rata-rata seseorang


    Penelitian yang dilakukan oleh Metropolitan life Insurance terhadap 50.000 orang menunjukkan bahwa angka kematian pria gemuk 79% lebih tinggi dari pada pria yang mempunyai berat badan normal, sedangkan untuk wanita gemuk 61% lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai berat badan normal.

    Penyakit gula (diabetes mellitus)




    Dalam penelitian di Jakarta pada tahun 1982 ditemukan diabetes mellitus lebih banyak terdapat pada orang-orang yang gemuk dibandingkan dengan orang-orang yang tidak gemuk. Pada penelitian ini ditemukan 6,7% orang-orang gemuk tersebut menderita diabetes mellitus, sedangkan pada orang-orang yang tidak gemuk hanya 0,95%.

    Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)




    Penelitian terhadap 74.000 karyawan di Amerika menunjukkan bahwa jelas terdapat hubungan antara bertambah beratnya badan dengan tekanan darah tinggi. Penurunan berat badan 2 kg akan menurunkan tekanan darah sistolik 2,5 mm Hg dan tekanan diastolic 1,5 mm Hg.

    Penyebab kenaikan tekanan darah ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa pada orang gemuk terdapat peningkatan jumlah darah yang beradar sehingga tekanan darah meningkat.

    Penyakit jantung





    Sebuah penelitian membuktikan bahwa orang dengan kelebihan berat badan lebih mudah terkena penyakit jantung dibandingkan dengan yang berat badan normal. Jenis penyakit jantung yang sering terjadi yaitu aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Pada orang gemuk kerja jantung akan lebih besar dan akan dapat menyebabkan pembesaran jantung dan jadi lemah, keadaan yang akan normal kembali apabila berat badan turun.

    Penyakit-penyakit lain




    Masih banyak penyakit akibat kegemukan, seperti pada wanita kelainan haid dan kemandulan, keputihan, penyakit kulit di lipatan paha dan payudara, keracunan kehamilan, pada pria gangguan pernapasan, rematik, varices, hernia, dan sering terjadi juga penyakit batu empedu.


    WASPADAI KEGEMUKAN
    Anda yang sudah merasa gemuk hendaknya perlu waspada. Rencanakan suatu pola penurunan berat badan secara terencana, dan sesuai dengan segi-segi kesehatan.

    Beberapa latihan fisik untuk mengurangi kegemukan harus dilakukan. Kegiatan fisik, misalnya olahraga, dimaksudkan agar dapat membakar energi yang tertumpuk dalam badan. Kegiatan fisik ini hendaknya secara bertahap dan terencana. Dimulai dengan kegiatan ringan, kemudian ditingkatkan, secara teratur setiap hari. Untuk ini diperlukan motivasi yang tinggi untuk mengubah cara hidup dari kurang bergerak ke dalam kondisi yang senantiasa melakukan kegiatan fisik secara berkesinambungan.

    Penurunan berat badan yang perlahan dan stabil lebih ideal daripada penurunan yang cepat karena biasanya menimbulkan keluhan yang bermacam-macam seperti pusing, berkunang-kunang, lesu dan tidak berkonsentrasi.

    Dari segi makanan, hendaknya untuk sementara mengurangi atau bahkan menghindari makanan yang berlemak, begitu juga makanan yang manis-manis. Makanan sumber lemak tinggi banyak terdapat pada makanan trendi (fast foot), soto babat, jeroan, dan lain-lain yang memiliki kontribusi terhadap kegemukan. Sangat dianjurkan mengkonsumsikan makanan berserat tinggi. Serat makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayuran dan buah-buahan mempunyai efek mengenyangkan dan relatif rendah kalori tetapi kaya akan vitamin dan mineral. Untuk lebih detailnya ada baiknya Anda berkonsultasi dengan ahli gizi.

    Atasi segera obesitas pada remaja!

    Atasi segera obesitas pada remaja!
    11/07/2008 - nita-medicastore.com

    Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata. Semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal obesitas pada remaja secara lebih dalam, mengingat obesitas sering menimbulkan risiko kesehatan lainnya yang lebih serius.

    Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology mengungkapkan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.

    Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara tahun 1963-1975 saat mereka berusia antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti perkembangan mereka sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9650 orang diantaranya meninggal.

    Dari hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau overweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih berisiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian. Risiko kanker kolon serta penyakit pernapasan seperti asma dan emfisema juga meningkat 2-3 kali.

    Obesitas atau Overweight?

    Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obesitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri.

    Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetik dan lingkungan.

    Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.

    Tabel Klasifikasi BMI

    Klasifikasi BMI (kg/m2)
    Underweight <18.50
    Berat <16.00>
    Menengah 16.00 - 16.99
    Ringan 17.00 - 18.49
    Batas Normal 18.50 - 24.99
    Overweight ≥25.00
    Pre-obesitas 25.00 - 29.99
    Obesitas ≥30.00
    Obesitas I 30.00 - 34-99
    Obesitas II 35.00 - 39.99
    Obesitas III ≥40.00

    Sumber: Diadaptasi dari WHO

    Obesitas, Masalah Sensitif bagi Remaja

    Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja. Remaja yang mengalami kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Di samping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik.

    Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.

    Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan.

    Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.

    Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan sehat seperti buah-buahan.

    Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minuman yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal, kelebihan kalori akan berakibat pada obesitas.

    Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktivitas fisik tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.

    Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat

    Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh mereka yang menjalani terapi obesitas.

    Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10% saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5-1 kg per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.

    Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.

    • Perubahan Pola Makan (Diet)
      Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.

      Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas.

    • Peningkatan Aktivitas Fisik
      Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding menggunakan elevator.

    • Modifikasi Perilaku
      Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.

    • Obat Antiobesitas
      Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
      • Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
      • Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.
      • Nilai BMI lebih dari 30.

      Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:

      • Sibutramin
        Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.

        Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan plasebo.

        Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia.

      • Orlistat
        Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran.

        Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik.

        Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan menyarankan penggunaan multivitamin.

    • Tindakan Pembedahan
      Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan dicerna.

      Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika:
      • Nilai BMI 40 atau lebih.
      • Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah.