Laman

RAWATLAH KLIEN DENGAN HATI YANG CERIA DAN IKHLAS DENGAN PELAYANAN PRIMA!! ]
"Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu maka takutlah ke pada-Nya (Al-Baqarah:235)"

Jumat, 03 Agustus 2007

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA


  1. Definisi

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).


  1. Etiologi

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

    1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)

    2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

    3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya

    4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

    5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung

    6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

    7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

    8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

    9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

    10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)

  1. Pathofisiologi

Terlampir


Manifestasi klinis

      1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.

      2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

      3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

      4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

      5. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan


Pemeriksaan Penunjang

    1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

    2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.

    3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup

    4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.

    5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.

    6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.

    7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

    8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.

    9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

    10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.


Penatalaksanaan Medis

    1. Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

      1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker

  • Kelas 1 A

Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.

Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

  • Kelas 1 B

Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.

Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT


  • Kelas 1 C

Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

      1. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)

Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

      1. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)

Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

      1. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

    1. Terapi mekanis

      1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.

      2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.

      3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.

      4. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.


Pengkajian

    1. Riwayat penyakit

  • Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

  • Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi

  • Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi

  • Kondisi psikososial

    1. Pengkajian fisik

      1. Aktivitas : kelelahan umum

      2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.

      3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.

      4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit

      5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

      6. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

      7. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

      8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

Diagnosa keperawatan dan Intervensi

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

Kriteria hasil :

      1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa

      2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia

      3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

Intervensi :

      1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.

      2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.

      3. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.

      4. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung

      5. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.

      6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi

      7. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD

      8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi

      9. Kolaborasi :

      10. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit

      11. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

      12. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi

      13. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

      14. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung

      15. Masukkan/pertahankan masukan IV

      16. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif

      17. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator


Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil :

      1. menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan

      2. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat

Intervensi :

      1. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal

      2. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga

      3. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.

      4. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan

      5. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan

      6. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein

      7. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang

      8. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat

      9. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis

      10. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu

DAFTAR PUSTAKA
  1. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.

  2. Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996

  3. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

  4. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

  5. Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN :

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)


Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

(IPD FKUI,1996 ;1134)

  1. Pengertian

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)

Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)


  1. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

    1. Faktor Prenatal :

  • Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.

  • Ibu alkoholisme.

  • Umur ibu lebih dari 40 tahun.

  • Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

  • Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

    1. Faktor Genetik :

      • Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

      • Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

      • Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

      • Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

  1. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)

      • Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung

      • Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)

      • Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)

      • Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik

      • Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.

      • Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah

      • Apnea

      • Tachypnea

      • Nasal flaring

      • Retraksi dada

      • Hipoksemia

      • Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)

(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)

  1. Pathways

Terlampir


  1. Komplikasi

  • Endokarditis

  • Obstruksi pembuluh darah pulmonal

  • CHF

  • Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)

  • Enterokolitis nekrosis

  • Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)

  • Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit

  • Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.

  • Aritmia

  • Gagal tumbuh

(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

  1. Penatalaksanaan Medis

  • Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.

  • Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.

  • Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.

(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

  1. Pemeriksaan Diagnostik

    1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat

    2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)

    3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.

    4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.

    5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

(Betz & Sowden, 2002 ;377)

  1. Pengkajian

  • Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)

  • Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.

  • Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger

  • Kaji adanya hiperemia pada ujung jari

  • Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

  • Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

  1. Diagnosa Keperawatan

    1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.

    2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.

    3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

    4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.

    5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

    6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.

    7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.

  1. Intervensi

    1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :

      • Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit

      • Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)

      • Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)

      • Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.

      • Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload

      • Berikan diuretik sesuai indikasi.

    1. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:

  • Monitor kualitas dan irama pernafasan

  • Atur posisi anak dengan posisi fowler

  • Hindari anak dari orang yang terinfeksi

  • Berikan istirahat yang cukup

  • Berikan nutrisi yang optimal

  • Berikan oksigen jika ada indikasi


    1. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :

  • Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur

  • Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan

  • Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.

  • Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin

  • Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak


    1. Memberikan support untuk tumbuh kembang

  • Kaji tingkat tumbuh kembang anak

  • Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.

  • Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat


    1. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai

  • Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat

  • Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak

  • Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama

  • Catat intake dan output secara benar

  • Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan

  • Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.


    1. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi

  • Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi

  • Berikan istirahat yang adekuat

  • Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal


    1. Memberikan support pada orang tua

  • Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan

  • Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu

  • Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas

  • Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

  • Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak.


  1. Hasil Yang Diharapkan

    1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung

    2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru

    3. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat

    4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan

    5. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan

    6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi

    7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.


  1. Perencanaan Pemulangan

  • Kontrol sesuai waktu yang ditentukan

  • Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit

  • Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :

    • Teknik pemberian obat

    • Teknik pemberian makanan

    • Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.

DAFTAR PUSTAKA