LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL NAFAS
I. PENGERTIAN
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran O2 terhadap CO2 dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi O2 dan pembentukan CO2 dalam sel-sel tubuh sehingga menyebabkan PO2 <>2 > 45 mmHg (hiperkapnia) (Smeltzer, C Susane, 2001)
II. ETIOLOGI
- Kerusakan atau depresi pada system saraf pengontrol pernafasan
Ø Luka di kepala
Ø Perdarahan / trombus di serebral
Ø Obat yang menekan pernafasan
- Gangguan muskular yang disebabkan
Ø Tetanus
Ø Obat-obatan
- Kelainan neurologis primer
Penyakit pada saraf seperti medula spinalis, otot-otot pernafasan atau pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernafasa sehingga mempengaruhi ventilasi.
- Efusi pleura, hemathorak, pneumothorak
Kondisi ini dapat mengganggu dalam ekspansi paru
- Trauma
Kecelakakan yang mengakibatkan cedera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan hidung, mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas dan depresi pernafasan
- Penyakit akut paru
Pneumonia yang disebabkan bakteri dan virus, asma bronchiale, atelektasis, embolisme paru dan edema paru
III. PATHWAYS
IV. TANDA DAN GEJALA
Tanda
a. Gagal nafas total
Ø Aliran udara di mulut, hidung tidak terdengar / dirasakan
Ø Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengemabngan dada pada inspirasi
b. Gagal nafas partial
Ø Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing dan wheezing
Ø Ada retraksi dada
Gejala
Ø Hiperkapnia yaitu peningkatan kadar CO2 dalam tubuh lebih dari 45 mmHg
Ø Hipoksemia terjadi takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis atau PO2 menurun
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. BGA
Hipopksemia
Ø Ringan : PaO2 <>
Ø Sedang : PaO2 <>
Ø Berat : paO2 <>
b. Pemeriksaan rontgen dada
Untuk melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
c. Hemodinamik: tipe I terjadi peningkatan PCWP
d. EKG
Ø Memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Ø Disritmia
VI. PENGKAJIAN
a. Airway
Ø Terdapat secret di jalan nafas (sumbatan jalan nafas)
Ø Bunyi nafas krekels, ronchi, dan wheezing
b. Breathing
Ø Distress pernafasan: pernafasan cuping hidung, takhipnea / bradipnea
Ø Menggunakan otot asesoris pernafasan
Ø Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, dan sianoasis
Ø Pernafasan memakai alat Bantu nafas
c. Circulation
Ø Penurunan curah jantung, gelisah, letargi, takikardi
Ø Sakit kepala
Ø Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk, gangguan mental (ansietas, cemas)
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi oksigen: pemberian oksigen rendah nasal atau masker
b. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu
c. Inhalasi nebulizer
d. Fisioterapi dada
e. Pemantauan hemodinamik / jantung
f. Pengobatan: bronkodilator, steroid
g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
Tujuan: jalan nafas efektif
Kriteria hasil:
Ø Bunyi nafas bersih
Ø Secret berkurang atau hilang
Intervensi:
Ø Catat karakteristik bunyi nafas
Ø Catat karakteristik batuk, produksi dan sputum
Ø Monitor status hidrasi untuk mencegah sekresi kental
Ø Berikan humidifikasi pada jalan nafas
Ø Pertahankan posisi tubuh / kepala dan gunakan ventilator sesuai kebutuhan
Ø Observasi perubahan pola nafas dan upaya bernafas
Ø Berikan lavase cairan garam faaal sesuai indiaksi untuk membuang skresi yang lengket
Ø Berikan O2 sesuai kebutuhan tubuh
Ø Berikan fisioterapi dada
Ø Berikan bronkodilator
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan dalam interstitial / area alveolar, hipoventilasi alveolar, kehilangan surfaktan
Tujuan; pertukaran gas adekuat
Criteria hasil:
Ø Perbaikan oksigenasi adekuat: akral hangat, peningkatan kesadaran
Ø BGA dalam batas normal
Ø Bebas distres pernafasan
Intervensi:
Ø Kaji status pernafasan
Ø Kaji penyebab adanya penurunan PaO2 atau yang menimbulkan ketidaknyaman dalam pernafasan
Ø Catat adanya sianosis
Ø Observasi kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia
Ø Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Ø Berikan bantuan nafas dengan ventilator mekanik
Ø Kaji seri foto dada
Ø Awasi BGA / saturasi oksigen (SaO2)
c. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik
Tujuan: klien bebas dari cidera selama ventilasi mekanik
Intervensi:
Ø Monitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan
Ø Observasi tanda dan gejala barotrauma
Ø Posisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotrakeal
Ø Kaji panjang selang ET dan catat panjang tiap shift
Ø Berikan antasida dan beta bloker lambung sesuai indikasi
Ø Berikan sedasi bila perlu
Ø Monitor terhadap distensi abdomen
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang ET dengan kondisi lemah
Tujuan: klien tidak mengalami infeksi nosokomial
Intervensi:
Ø Evaluasi warna, jumlah, konsistensi sputum tiap penghisapan
Ø Tampung specimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi
Ø Pertahanakan teknik steril bila melakukan penghisapan
Ø Ganti sirkuit ventilator tiap 72 jam
Ø Lakukan pembersihan oral tiap shift
Ø Monitor tanda vital terhadap infeksi
Ø Alirkan air hangat dalam selang ventilator dengan cara eksternal keluar dari jalan nafas dan reservoir humidifier
Ø Pakai sarung tangan steril tiap melakukan tindakan / cuci tangan prinsip steril
Ø Pantau keadaan umum
Ø Pantau hasil pemeriksaan laborat untuk kultur dan sensitivitas
Ø Pantau pemberian antibiotik
e. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kondisi tubuh tidak mampu makan peroral
Tujuan: klien dapat mempertahankan pemenuhan nutrisi tubuh
Intervensi:
Ø Kaji status gizi klien
Ø Kaji bising usus
Ø Hitung kebutuhan gizi tubuh atau kolaborasi tim gizi
Ø Pertahankan asupan kalori dengan makan per sonde atau nutrisi perenteral sesuai indikasi
Ø Periksa laborat darah rutin dan protein
DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
2. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M, Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993
3. Hudak, Carolyn M, Gallo, Barbara M., Critical Care Nursing: A Holistik Approach (Keperawatan kritis: pendekatan holistik). Alih bahasa: Allenidekania, Betty Susanto, Teresa, Yasmin Asih. Edisi VI, Vol: 2. Jakarta: EGC;1997
4. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
5. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku asli diterbitkan tahun 1999)
6. Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong, Buku-ajar Ilmu Bedah. Ed: revisi. Jakarta: EGC, 1998
7. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN S DENGAN GAGAL NAFAS
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari tanggal
- Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 77 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat :
Tanggal Masuk: 14 Juni 2005 jam 14.45 WIB
DX Medis : Gagal Nafas, PSA/SH, Sepsis, MRSA
No Register : 5103659
- Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama: klien tidak sadar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS klien terjatuh terpeleset di kamar mandi terus tidak sadar, setelah beberapa jam klien mengalami demam, nafas sesak kemudian dibawa ke RSDK lewat IGD. Di IGD diberikan tindakan pasang ET, periksa darah lengkap, pasang infuse, kemudian dirawat di ICU sampai pengkajian dilakukan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung sudah 5 tahun
Riwayat Parkinson sudah 2 tahun
Riwayat Hemiparese sudah 2 tahun
- Pengkajian Primer
1. Airways
Jalan nafas secret kental produktif, ada reflek batuk bila dilakukan isap lendir
2. Breathing
Memakai ET no 7,5 dengan ventilator mode CPAP, FiO2: 30 %, nafas mesin:10, nafas klien: 28 x/mnt, SaO2: 96, bunyi ronchi kasar seluruh area paru.
3. Circulation
TD: 147/86 mmHg, HR: 100 x/mnt, MAP: 94, suhu: 36,5 oC, edema ekstremitas atas dan bawah, capillary refill <>
- Pengkajian sekunder
1. Kepala : Mesosefal, tidak ada hematom/luka pada kepala
2. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak icterik, pupil isokor 2 mm, tidak ada hematom kelopak mata
3. Hidung : Terpasang NGT, ada lendir kental saat dilakukan isap lendir
4. Telinga : Tampak bersih, tidak ada discharge
5. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, JVP meningkat
6. Thorak :
Paru
Inspeksi : Pengembangan paru simetris kanan dan kiri
Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor seluruh lapang pandang paru
Auskultasi : Ronchi terdengar seluruh lapang paru
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada SIC 5, 2 cm LMCS
Perkusi : Suara pekak, konfigurasi dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, gallops (-), murmur (-)
7. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal, 15 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien
8. Ekstremitas : Edema ekstremitas atas dan bawah
9. Data Penunjang:
a. Laboratorium:
Tanggal 21Juni 2005:
Ø Kultur steril tidak ada kuman
Tanggal 5 Juli 2005:
Ø Kultur darah: ditemukan kuman Stapilokokus Epidedermis
Ø Kultur urin: ditemukan kuman Stapilokokus Aeureus
Ø Kuman resisten terhadap semua Cephalosforin dan Beta Lactam
Ø MRSA dan MRSE
Tanggal 7 Juli 2005
Darah Ø Hb : 8,7 gr% Ø Ht : 26,3 % Ø Eritro : 2,67 jt/mmk Ø MCH : 32,70 pg Ø MCV : 98,70 Ø Leuko : 11,0 rb/mmk Ø Urea : 104 mg/dl Ø Creatin : 0,99 mg/dl Ø Na : 130 mmol/L Ø K : 5,0 mmol/L Ø Cl : 106 mmol/L Ø Ca : 2,1 mmol/L Ø Mg : 0,91 mmol/L | Urin Ø PH : 6 Ø Prot : 30 mg/dl Ø Red : negative Sediment Ø Ep cell : 7 – 10 LPK Ø Leuko : 10 – 15 LPB Ø Eritrosit : 30 – 40 LPB Ø Ca ox : - Ø Asam urat : - Ø Triple phosfat: - Ø Amorf : - Ø Sel hialin : - Ø Sel granula: - Ø Bakteri : positif |
BGA tanggal 5 Juli 2005 jam 09.45 wib
PH : 7,36
PCO2 : 37,4 mmHg
PO2 : 58,6 mmHg
HCO3 : 24,5
BE : 0,7
BE ecf : - 0,5
AaDO2: 143
SaO2 : 93 %
b. Foto Rontgen
CT Scan tanggal 15 Juni 2005
Ø Perdarahan intra serebral region transversal kiri dengan edema
Ø Perdarahan subarachnoid
Ø Subdural higroma region fronto temporal kanan, temporo parietal kiri dan interhemisfer serebri
Foto Thorak 15 Juni 2005
Ø Bronkiektasis kanan dan kiri, gambaran pneumonia
c. Terapi
Program Infus: Ø Comafusin I Ø Kalbumin I Ø Fima Hes I Ø RL I Injeksi: Ø Amikin 1 gr/ 24 jam Ø Nootrophyl 3 gram /6 jam Ø Vit C 1 amp / 8 jam Ø Vit K 1 amp /8 jam | Oral: Ø Tequien 400 mg tiap 24 jam Ø Ticlopidin 200 mg / 24 jam Ø ASA 80 gr / 24 jam Ø CaCO3 500 mg / 8 jam Ø Propranolol 10 mg / 8 jam Repirator CPAP FiO2 30 % |
II. ANALISA DATA
NO | DATA FOKUS | ETIOLOGI | MASALAH |
1 | DS: DO: Ø Jalan nafas secret kental produktif Ø Ada reflek batuk bila dilakukan isap lendir | Sumbatan jalan nafas dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir | Bersihan jalan nafas tidak efektif |
2 | DS: DO: Ø Ronchi terdengar seluruh lapang paru Ø Bronkiektasis kanan dan kiri, gambaran pneumonia Ø BGA tanggal | Akumulasi protein dan cairan dalam interstitial / area alveolar | Gangguan pertukaran gas |
3 | DS:- DO: Ø Terpasang NGT Ø Klien tidak sadar reflek menelan tidak ada CT Scan tanggal 15 Juni 2005: Ø Perdarahan intra serebral region transversal kiri dengan edema Ø Perdarahan subarachnoid Ø Subdural higroma regio fronto temporal kanan, temporo parietal kiri dan interhemisfer serebri | Ketidakmampuan menelan | Perubahan pola nutrisi |
4 | DS: DO: Ø Memakai ventilator mode CPAP, FiO2: 30 %, nafas mesin: 10, nafas klien: 28 x/mnt, SaO2: 96. | Penggunaan ventilasi mekanik | Resiko cidera |
5 | DS: DO: Ø Klien tidak sadar Ø Klien terpasang DC, NGT, Infus Ø Klien terpasang ET dan ventilator Ø Leukosit: 11,0 rb/mmk Ø Gagal Nafas, PSA/SH, | Pemasangan selang ET dengan kondisi lemah | Resiko tinggi terhadap infeksi |
6 | DS: DO: Ø DX Medis: Sepsis, MRSA Tanggal 5 Juli 2005: Ø Kultur darah: ditemukan kuman Stapilokokus Epidedermis Ø Kultur urin: ditemukan kuman Stapilokokus Aeureus Ø Kuman resisten terhadap semua Cephalosforin dan Beta Lactam Ø MRSA dan MRSE | Adanya sumber penularan dari kuman stapilokokus | Resiko terhadap penularan lewat udara |
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan nafas dan kurangnya ventilasi sekunder terhadap retensi lendir
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan dalam interstitial / area alveolar
c. Perubahan pola makan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
d. Resiko cidera berhubungan dengan penggunaan ventilasi mekanik
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang ET dengan kondisi lemah
f. Resiko terhadap penularan lewat udara berhubungan dengan adanya sumber penularan dari kuman stapilokokus
IV. RENCANA TINDAKAN
TGL | DP | TUJUAN & KRITERIA HASIL | INTERVENSI |
9/7/05 | 1 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jalan nafas efektif. Kriteria hasil: Ø Bunyi nafas bersih Ø Secret berkurang atau hilang | Ø Catat karakteristik bunyi nafas Ø Catat refleks batuk dan lendir yang keluar Ø Monitor status hidrasi untuk mencegah sekresi kental Ø Berikan humidifikasi pada jalan nafas Ø Pertahankan posisi tubuh / kepala dan gunakan ventilator sesuai kebutuhan Ø Observasi perubahan pola nafas dan upaya bernafas Ø Berikan cairan garam faaal sesuai indiaksi untuk membuang skresi yang lengket Ø Berikan O2 sesuai kebutuhan tubuh Ø Berikan fisioterapi dada |
9/7/05 | 2 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pertukaran gas adekuat Criteria hasil: Ø Perbaikan oksigenasi adekuat: akral hangat, peningkatan kesadaran Ø BGA dalam batas normal Ø Bebas distres pernafasan | Ø Kaji status pernafasan Ø Kaji penyebab adanya penurunan PaO2 atau yang menimbulkan ketidaknyaman dalam pernafasan Ø Catat adanya sianosis Ø Observasi kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia Ø Berikan bantuan nafas dengan ventilator mekanik Ø Kaji seri foto dada Ø Awasi BGA / saturasi oksigen (SaO2) |
9/7/05 | 3 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien mempertahankan kebutuhan nutrisi Criteria hasil: Ø Laborat Hb, protein dalam batas normal Ø Makanan dapat masuk sesuai dietnya | Ø Kaji status gizi klien Ø Kaji bising usus Ø Hitung kebutuhan gizi tubuh atau kolaborasi tim gizi Ø Pertahankan asupan kalori dengan makan per sonde atau nutrisi perenteral sesuai indikasi Ø Periksa laborat darah rutin dan protein |
9/7/05 | 4 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien bebas dari cidera selama ventilasi mekanik Criteria hasil: Ø Tidak ada cidera pada pernafasan Ø Pernafasan klien terkendali normal | Ø Monitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan Ø Observasi tanda dan gejala barotrauma Ø Posisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotrakeal Ø Kaji panjang selang ET dan catat panjang tiap shift Ø Berikan antasida dan beta bloker lambung sesuai indikasi Ø Monitor terhadap distensi abdomen |
9/7/05 | 5 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam infeksi nosokomial dapat terkendali Criteria hasil: Ø Tidak ada tanda-tanda infeksi Ø Leukosit dalam batas normal | Ø Evaluasi warna, jumlah, konsistensi sputum tiap penghisapan Ø Tampung specimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi Ø Pertahankan teknik steril bila melakukan penghisapan (pakai sarung tangan steril) Ø Ganti sirkuit ventilator tiap 72 jam Ø Lakukan pembersihan oral tiap shift Ø Monitor tanda vital terhadap infeksi Ø Pantau keadaan umum Ø Pantau hasil pemeriksaan laborat untuk kultur dan sensitivitas Ø Berikan antibiotic amikin 1 gram/ 24 jam |
9/7/05 | 6 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam penularan tidak terjadi Criteria hasil: Ø Klien berada di kamar isolasi Ø Semua bahan dan alat yang dipakai klien ditempatkan tersendiri Ø Tersedianya baju khusus untuk perawat maupun pengunjung | Ø Pertahankan klien di ruang isolasi Ø Lakukan pemantauan alat dan bahan yang digunakan klien Ø Tempatkan tersendiri baju dan alat lain yang sudah dipakai klien Ø Hindari kontak secara langsung dengan klien dan alat serta bahan yang dipakai klien Ø Berikan penkes terhadap keluarga maupun pengunjung Ø Pantau hasil laborat kultur dan sensitivitas, baik darah maupun urin Ø Pakai sarung tangan, masker, dan jas yang tersedia setiap melakukan tindakan keperawatan |
V. IMPLEMENTASI & EVALUASI TANGGAL 9 JULI 2005
TGL JAM | DP | IMPLEMENTASI & RESPON KLIEN | EVALUASI | TTD |
9/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 1 | Ø Mencatat karakteristik bunyi nafas R: ronchi (+) paru kanan dan kiri Ø Mencatat karakteristik batuk, dan lendir R: reflek batuk (+) bila isap lendir, lendir keluar Ø Memberikan cairan garam faal sesuai indiaksi untuk membuang sekresi yang lengket R: lendir dapat keluar lebih encer Ø Memberikan humidifikasi pada jalan nafas R: aguades masuk kedalam penampung sesuai level Ø Mempertahankan posisi tubuh/kepala dan gunakan ventilator sesuai kebutuhan R: posisi kepala tempat tidur tetap elevasi 300 Ø Mengobservasi perubahan pola nafas dan upaya bernafas R: pola nafas memakai mode CPAP, F: 12, klien 14 x/mnt, FiO2 30% Ø Memberikan fisioterapi dada R: fisioterapi dada sudah dilakukan klien batuk-batuk Ø Memonitor status hidrasi untuk mencegah sekresi kental R: BC + 107, turgor baik | 10/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Ronchi (+) Ø Lendir keluar lebih encer Ø Posisi elevasi 300 A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
9/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 2 | Ø Mengkaji status pernafasan R: memakai mode CPAP, F: 12, klien 14 x/mnt, FiO2 30% Ø Mengkaji penyebab adanya penurunan PaO2 R: adanya gangguan ventilasi dan perfusi paru Ø Mencatat adanya sianosis R: tidak ada sianosis Ø Mengobservasi kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia R: SaO2 96%, BGA: dalam batas normal Ø Mempertahankan bantuan nafas dengan ventilator mekanik R: ventilator terpasang sesuai kebutuhan klien | 10/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Respirasi dengan vent.mode CPAP, FiO2 30 % Ø Tidak ada sianosis A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
9/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 3 | Ø Mengkaji kebutuhan gizi klien R: 1400 kkal, 60 gr protein Ø Mengkaji bising usus klien R: BU normal, 20 x/mnt, residu negatif Ø Mempertahankan asupan kalori dengan makan per sonde atau nutrisi perenteral sesuai indikasi R: diet masuk, residu negative, tidak ada muntah Ø Memantau hasil darah rutin dan protein R: Hb 10,3 gr%, Albumin: 2,8 mg/dl | 10/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Diit masuk Ø Tidak ada muntah Ø Residu negative Ø BU 20 x/mnt A:Masalah teratasi sebagian P:Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
9/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 4 | Ø Memonitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan R: tidak ada peningkatan tekanan yang tajam Ø Mengobservasi tanda dan gejala barotrauma R: tidak ada tanda dan gejala barotrauma Ø Memposisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotrakeal R: sirkuit letak lebih rendah dari ET, plester terpasang kuat, balon ET terisi cukup Ø Mengkaji panjang selang ET dan catat panjang R: ET posisi tetap pada angka 21, paru kanan dan kiri terdengar sama Ø Memberikan antasida dan beta bloker lambung sesuai indikasi R: sukralfat 500 mg sudah masuk Ø Memonitor terhadap distensi abdomen R: tidak ada distensi abdomen | 10/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Tidak ada peningkatan tekanan yang tajam Ø Tidak ada barotrauma Ø ET terpasang tetap A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
9/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 5 | Ø Mengevaluasi warna, jumlah, konsistensi sputum tiap penghisapan R: warna putih, lendir keluar 5 cc an Ø Menampung specimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi Ø Mempertahanakan teknik steril bila melakukan penghisapan (pakai sarung tangan steril) R: sudah memakai sarung tangan dan masker tiap melakukan tindakan Ø Memberikan injeksi antibiotic Amikin 1 gr R: obat masuk tidak ada alergi Ø Melakukan pembersihan oral R: mulut klien tampak bersih Ø Memantau keadaan umum R: KU lemah, kesadaran sopor Ø Memantau hasil pemeriksaan laborat untuk kultur dan sensitivitas R: kultur ada kuman stapilokokus (MRSA & MRSE) Ø Memonitor tanda vital terhadap infeksi R: TD: 112/63 mmHg, MAP: 75, HR: 83 x/mnt, suhu: 36,8 0C | 10/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Lendir dapat keluar Ø Teknik steril dilakukan Ø Tanda vital dalam batas normal Ø Kultur MRSA & MRSE A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
9/7/05 21.00 24.00 07.00 | 6 | Ø Mempertahankan klien di ruang isolasi R: klien tetap di ruang tersendiri dan kamar tertutup Ø Melakukan pemantauan alat dan bahan yang digunakan klien R: tempat yang tersedia sudah digunakan Ø Menempatkan tersendiri baju dan alat lain yang sudah dipakai klien R: alat dan bahan dimasukkan dalam bak khusus Ø Menghindari kontak secara langsung dengan klien dan alat serta bahan yang dipakai klien R: sudah memakai masker, sarung tangan dan jas setiap melakukan tindakan Ø Memberikan penkes terhadap keluarga maupun pengunjung R: keluarga dapat memahami dan setuju. Ø Memantau hasil laborat kultur dan sensitivitas, baik darah maupun urin R: kultur ditemukan adanya kuman stapilokokus (MRSA & MRSE) Ø Memakai sarung tangan, masker, dan jas yang tersedia setiap melakukan tindakan keperawatan R: sudah dilakukan perawat jaga ruang isolasi | 10/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Klien dirawat di ruang isolasi Ø Bahan dan alat disendirikan Ø Masker, jas, sarung tangn dipakai setiap tindakan Ø Keluarga dapat mengerti dan mengangguk Ø Kultur MRSA & MRSE A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
VII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TANGGAL 10 JULI 2005
TGL JAM | DP | IMPLEMENTASI & RESPON KLIEN | EVALUASI | TTD |
10/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 1 | Ø Mencatat karakteristik bunyi nafas R: ronchi (+) paru kanan dan kiri Ø Mencatat karakteristik batuk, dan lendir R: reflek batuk (+) bila isap lendir, lendir keluar Ø Memberikan cairan garam faal sesuai indiaksi untuk membuang skresi yang lengket R: lendir dapat keluar lebih encer Ø Memberikan humidifikasi pada jalan nafas R: aguades masuk kedalam penampung sesuai level Ø Mempertahankan posisi tubuh/kepala dan gunakan ventilator sesuai kebutuhan R: posisi kepala tempat tidur tetap elevasi 300 Ø Mengobservasi perubahan pola nafas dan upaya bernafas R: pola nafas memakai mode CPAP, F: 12, klien 14 x/mnt, FiO2 30% Ø Memberikan fisioterapi dada R: fisioterapi dada sudah dilakukan klien batuk-batuk Ø Memonitor status hidrasi untuk mencegah sekresi kental R: BC + 107, turgor baik | 11/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Ronchi (+) Ø Lendir keluar lebih encer Ø Posisi elevasi 300 A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
10/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 2 | Ø Mengkaji status pernafasan R: memakai mode CPAP, F: 12, klien 14 x/mnt, FiO2 30% Ø Mengkaji penyebab adanya penurunan PaO2 R: adanya gangguan ventilasi dan perfusi paru Ø Mencatat adanya sianosis R: tidak ada sianosis Ø Mengobservasi kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia R: SaO2 96%, BGA: dalam batas normal Ø Mempertahankan bantuan nafas dengan ventilator mekanik R: ventilator terpasang sesuai kebutuhan klien | 11/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Respirasi dengan vent.mode CPAP, FiO2 30 % Ø Tidak ada sianosis A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
10/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 3 | Ø Mengkaji kebutuhan gizi klien R: 1400 kkal, 60 gr protein Ø Mengkaji bising usus klien R: BU normal, 20 x/mnt, residu negatif Ø Mempertahankan asupan kalori dengan makan per sonde atau nutrisi perenteral sesuai indikasi R: diet masuk, residu negative, tidak ada muntah Ø Memantau hasil darah rutin dan protein R: Hb 10,3 gr%, Albumin: 2,8 mg/dl | 11/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Diit masuk Ø Tidak ada muntah Ø Residu negative Ø BU 20 x/mnt A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
10/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 4 | Ø Memonitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan R: tidak ada peningkatan tekanan yang tajam Ø Mengobservasi tanda dan gejala barotrauma R: tidak ada tanda dan gejala barotrauma Ø Memposisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotrakeal R: sirkuit letak lebih rendah dari ET, plester terpasang kuat, balon ET terisi cukup Ø Mengkaji panjang selang ET dan catat panjang R: ET posisi tetap pada angka 21, paru kanan dan kiri terdengar sama Ø Memberikan antasida dan beta bloker lambung sesuai indikasi R: sukralfat 500 mg sudah masuk Ø Memonitor terhadap distensi abdomen R: tidak ada distensi abdomen | 11/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Tidak ada peningkatan tekanan yang tajam Ø Tidak ada barotrauma Ø ET terpasang tetap A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
10/7/05 21.00 24.00 05.00 07.00 | 5 | Ø Mengevaluasi warna, jumlah, konsistensi sputum tiap penghisapan R: warna putih, lendir keluar 5 cc an Ø Menampung specimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi Ø Mempertahanakan teknik steril bila melakukan penghisapan (pakai sarung tangan steril) R: sudah memakai sarung tangan dan masker tiap melakukan tindakan Ø Memberikan injeksi antibiotic Amikin 1 gr R: obat masuk tidak ada alergi Ø Melakukan pembersihan oral R: mulut klien tampak bersih Ø Memantau keadaan umum R: KU lemah, kesadaran sopor Ø Memantau hasil pemeriksaan laborat untuk kultur dan sensitivitas R: kultur ada kuman stapilokokus (MRSA & MRSE) Ø Memonitor tanda vital terhadap infeksi R: TD: 112/63 mmHg, MAP: 75, HR: 83 x/mnt, suhu: 36,8 0C | 11/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Lendir dapat keluar Ø Teknik steril dilakukan Ø Tanda vital dalam batas normal Ø Kultur MRSA & MRSE A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |
10/7/05 21.00 24.00 07.00 | 6 | Ø Mempertahankan klien di ruang isolasi R: klien tetap di ruang tersendiri dan kamar tertutup Ø Melakukan pemantauan alat dan bahan yang digunakan klien R: tempat yang tersedia sudah digunakan Ø Menempatkan tersendiri baju dan alat lain yang sudah dipakai klien R: alat dan bahan dimasukkan dalam bak khusus Ø Menghindari kontak secara langsung dengan klien dan alat serta bahan yang dipakai klien R: sudah memakai masker, sarung tangan dan jas setiap melakukan tindakan Ø Memberikan penkes terhadap keluarga maupun pengunjung R: keluarga dapat memahami dan setuju. Ø Memantau hasil laborat kultur dan sensitivitas, baik darah maupun urin R: kultur ditemukan adanya kuman stapilokokus (MRSA & MRSE) Ø Memakai sarung tangan, masker, dan jas yang tersedia setiap melakukan tindakan keperawatan R: sudah dilakukan perawat jaga ruang isolasi | 11/7/05 jam 07.00 WIB S: - O: Ø Klien dirawat di ruang isolasi Ø Bahan dan alat disendirikan Ø Masker, jas, sarung tangn dipakai setiap tindakan Ø Keluarga dapat mengerti dan mengangguk Ø Kultur MRSA & MRSE A: Ø Masalah teratasi sebagian P: Ø Lanjutkan intervensi sebelumnya | |